Tuesday 7 February 2017

bagaimana cara mengalisis Kesulitan Belajar dan cara mengatasinya


1.    Analisis Kesulitan Belajar
a.       Pengertian Analisis
Menurut Ali Lukman dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya  dari sebab musabab dan duduk perkaranya atau penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.[1]
Subagyo menjelaskan bahwa analisis adalah kegiatan untuk mendapatkan data sehingga dapat diperoleh suatu kebenaran atau ketidak benaran dari suatu hipotesa. Analisis dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.[2] Sedangkan menurut Ansori, Analisis adalah kegiatan yang dilakukan untuk menelaah suatu objek, diuraikan menjadi bagian-bagian  dan mencermati unsur-unsurnya. Ketika berbagai unsur  diuraikan tersebut ditemukan kesamaan esensial dan kemudian disatukan.[3]
Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa analisis merupakan kemampuan seseorang merinci/menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian/faktor yang satu dengan yang lainnya.
Analisis suatu permasalahan pada berbagai bidang sangat ditentukan oleh sebuah evaluasi sistim pelajaran. Pelajaran dikatakan sebagai suatu media pembelajaran yang perlu diteliti secara singkat dan menghasilkan realita yang obyektif. Tanpa dasar analisis evaluasi, maka pelajaran yang diberikan oeh guru terhadap siswa tidak akan menghasilkan kemurnian disuatu pelajaran itu sendiri. Oleh karena itu, analisis harus dicermati sebagai evaluasi.
b.      Kesulitan Belajar
Belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari pada itu, yaitu mengalami. Hasil belajar bukan suatu  penguasaan hasil latihan melainkan perubahan kelakuan. Berikut ini adalah definisi belajar menurut beberapa ahli.
1)   Belajar adalah sebagai suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.[4]
2)   Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.[5]
3)   Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman. Belajar sesungguhnya adalah ciri khas manusia dan yang membedakannya dengan makhluk lain. Belajar yang dilaksanakan oleh manusia merupakan bagian dari hidupnya berlangsung seumur hidup, kapan saja dan dimana saja baik di sekolah, di kelas, di jalanan dalam waktu yang tidak dapat ditentukan sebelumnya. Namun demikian satu hal sudah pasti bahwa belajar yang dilakukan oleh manusia senantiasa dilandasi oleh itikad dan maksud tertentu.[6]
4)   Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti. Salah satu pertanda bahwa seseorang belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotorik) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).[7]
5)   Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang terjadi didalam satu situasi bukan didalam satu ruang hampa. Situasi belajar ini ditandai dengan adanya motif-motif yang ditetapkan dan atau diterima siswa. Kadang-kadang satu proses belajar tidak dapat mencapai hasil yang maksimal disebabkan karena ketiadaan kekuatan yang mendorong (motivasi). Dalam hal inilah perlunya guru memasukkan motivasi dalam cara-cara mengajarnya.[8]
Pada umumnya, Kesulitan belajar (Learning Difficulty) adalah suatu kondisi dimana kompetensi atau prestasi yang dicapai tidak sesuai dengan kriteria standar yang telah ditetapkan. Kondisi yang demikian umumnya disebabkan oleh faktor biologis atau fisiologis, terutama berkenaan dengan kelainan fungsi otak yang lazim disebut sebagai kesulitan belajar spesifik, serta faktor psikologis yaitu kesulitan belajar yang berkenaan dengan rendahnya motivasi dan minat belajar. Kesulitan Belajar juga terjadi karena adanya hambatan/ gangguan belajar pada anak dan remaja yang ditandai oleh adanya kesenjangan yang signifikan antara taraf intelegensi dan kemampuan akademik yang seharusnya dicapai.[9]
Jadi kesulitan belajar dipahami sebagai suatu kondisi  tertentu yang ditandai dengan adanya hambatan dalam kegiatan mencapai tujuan sehingga memerlukan usaha yang lebih keras lagi untuk dapat mengatasinya. Berdasarkan pengertian kesulitan belajar tersebut diatas kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam proses belajar  yang ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu dalam mencapai  hasil belajar.[10] Sedangkan Dalyono menjelaskan bahwa kesulitan belajar merupakan keadaan dimana anak didik tidak dapat belajar sebagaimana  mestinya.[11]
Selain itu Muhibbin Syah juga menyatakan bahwa kesulitan  belajar itu timbul karena siswa yang berkategori diluar rata-rata, tidak mendapat kesempatan yang memadai untuk berkembang sesuai dengan kapsitasnya, karena penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah pada umumnya hanya ditujukan kepada para siswa yang berkemampuan lebih dan yang berkemampuan kurang terabaikan.[12] Adapun menurut Djamarah kesulitan belajar adalah suatu kondisi diman anak didik tidak dapat belajar secara wajar disebabkan karena adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan dalam belajar.[13]
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dapat dikategorikan mengalami kesulitan belajar adalah apabila siswa yang bersangkutan memperoleh prestasi belajar yang rendah, dengan kata lain siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar apabila ia memperoleh nilai yang kurang/nilainya berada di bawah nilai rata-rata kelas.

2.    Cara- Cara Mengatasi Kesulitan Belajar
Cara mengatasi kesulitan belajar pada umumnya di kelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu:
a.       Upaya guru dalam mengatasi kesulitan belajar
Banyak alternatif yang diambil guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswa,  akan tetapi sebelum pilihan tertentu diambil hendaknya guru melakukan beberapa langkah sebagai berikut:
1)      Menganalisis hasil diagnosis, maksudnya menelaah bagian-bagian masalah dan hubunganya antar bagian tersebut untuk memperoleh bagian yang benar mengenai kesulitan belajar siswa
2)      Mengidentifikasi dan menentukan bidang kecakapann tertentu yang memerlukan perbaikan
3)      Menyusun program perbaikan khususnya program remidial teachink (pengajaran perbaikan )
b.      Upaya keluarga untuk mengatasi kesulitan belajar
Kesulitan belajar dapat juga di pengaruhi keluarga, teman dan lingkungan sekitar. Seorang yang mengalami kesulitan belajar dan sulit memusatkan perhatian akan kesulitan dalam mendapatkan teman. Memiliki anak yang mengalami kesulitan belajar menyebabkan orangtua mengalami beban emosional, sikap menyalahkan diri sendiri, frustasi, marah bahkan putus asa. Akan tetapi untuk menghindari hal-hal tersebut orang tua bisa dengan terapi perubahan sikap atau prilaku agar bisa membantu anak yang hiferaktif dan lamban belajar.
Membantu anak yang hiferaktif dan lamban belajar bisa dengan cara pemberian hadiah maupun memberi harapan-harapan baik, agar seseorang dapat mengendalikan tindakannya baik di sekolah maupun di rumah.
c.       Upaya pemerintah dalam mengatasi kesulitan belajar
Undang-undang pendidikan bagi individu penderita cacat tahun 1990 menjamin adanya instansi pendidikan umun  bagi anak usia sekolah yang diagonis yang menderita keterlambatan belajar. Dibawah payung undang-undang ini sekolah umum diminta untuk merancang dan menerapkan satu program individu yang di tujukan bai kebutuhan anak- anak yang sepediitif.[14]
Berdasarkan undang-undang instansi pendidikan dan perguruan tingi yang didanai oleh publik harus menghapus batasan terhadap mahasiswa ataupun siswa penyangdang cacat. Setelah undang-undang instansi pendidikan dan perguruan tinggi didanai oleh publik maka kesulitan belajar bagi orang-orang yang penyandang cacat bisa sedikit teratasi.



[1] Ali Lukman, dkk, Kamus Besar Indonesia, Jakarta: Balai pusaka, 1997, h.
[2] P. Joko Subyono, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, h.  106
[3] Muhammad Ansori, Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: Wacana Prima, 2007, h. 134
[4] Aqib, Zainal. Guru dan Prpfesionalisme. Jakarta. Pustaka Pelajar, 2002, h, 26.
[5] Natawidjaja, Rochman. Pengajaran Remidial. Jakarta. Percetakan Negara RI, 1984, h, 13.
[6] Oemar, Hamalik. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan pendekatan system. Jakarta. Bumi Aksara, 2003, h, 154.
[7] Sadiman S. Arief. Media Pendidikan: Pengertian Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta. Rajawali pers, 1996, h, 2.
[8] Winarno, surakhmad.. Pengantar Interaksi Mengajar Dasar dan Tehnik Metodelogi Penagajaran. Bandung. Tarsito, 1994, h. 65
[9] Hppt/www.belajarpsikologi.com/pengertian-kesulitan-belajar/ - Cached.25 juni 2011.20.00 wita
[10] Fahridin, Pengajaran Remidial dan Pengayaan, Malang: Banyumedia publioshing, 2007, h. 25
[11] Dalyono, psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1997, h. 229
[12] Muhibbin Syah, Psikologi….h. 182
[13] Syaiful Bahri Drajamah, Psikologi….h. 233
[14] Derek Wood, dkk, Kiat Mengatasi Gangguan Belajar, Jakarta: Katahati, 2007, h. 58

No comments:

Post a Comment

Popular Posts